SENTRALKALTIM.ID,– Keberadaan rudal balistik KHAN di Indonesia melengkapi daftar inventaris alutsista asal Turki yang dimiliki oleh indonesia dengan beriringan suksesnya akuisisi 48 unit jet tempur generasi kelima KAAN.
Rudal buatan Roketsan ini memiliki sederet keunggulan yang membuat TNI AD semakin kuat jika dibandingkan dengan kompetitornya dari Amerika Serikat yakni Patriot
Pemesanan rudal balistik KHAN sendiri sudah Indonesia lakukan pada saat pameran bertajuk Indo Defence Expo & Forum 2022 diselenggarakan pada 2-5 November 2022 lalu.
Vice General Manager Roketsan Murat Kurtulus pada saat itu bahkan telah mengumumkan penjadwalan pengirimannya ke tanah air.
“Kami segera mengirimkan Khan kepada Kementerian Pertahanan Indonesia berkat kontrak yang sudah ditandatangani. Militer Indonesia akan menjadi pengguna asing pertama sistem ini,”kata Kurtulus dikutip dari artikel berjudul “Indonesia to be first foreign user of Turkey’s Khan missile system”
Seperti halnya ketika Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI memesan drone Bayraktar TB3 dan Akinci serta KAAN, negeri ini juga tidak hanya sekedar bertindak sebagai konsumen atau operator semata.
Tetapi juga turut menunjuk sebuah perusahaan untuk merakit sistem pertahanan udara berlapis paling mematikan ini di dalam negeri.
Sehingga ini sangat bagus ketika TNI AD membutuhkan persediaan armada tambahan dengan Penggunaan rudal balistik KHAN di wilayah utama Kalimantan Timur oleh TNI AD
Sebab menurut laman Asian Military Review edisi 15 Agustus 2025 dalam artikelnya yang berjudul “Indonesia fields Khan short-range ballistic missile”, ada kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang harus dijaga dengan ketat.
Terlebih ini merupakan kesempatan emas mengingat KHAN adalah rudal balistik yang pertama kalinya dimiliki oleh NKRI.
Secara spesifikasi, rudal balistik KHAN memiliki keunggulan yang sangat berguna bagi TNI AD.
Rudal ini diketahui memiliki hulu ledak seberat 470 kg dan mencapai jangkauan serang hingga sejauh 280 km.
Bahkan tingkat akurasinya terhadap sebuah objek serangan bisa mencapai 10 meter.
Dukungan perangkat navigasi inersia hybrid terintegrasi yang dibantu oleh GPS dan GLONASS sangat berperan di balik itu semua.
Posisinya akan semakin sulit dilacak oleh pihak musuh ketika rudal balistik KHAN beroperasi dalam fase terminal.
Sehingga ini sangat bisa diandalkan untuk menyerang objek bergerak di area maritim seperti China Coast Guard (CCG).
Yang artinya senjata buatan Roketsan ini sangat tepat di tempatkan di Kalimantan untuk mengantisipasi serangan negara lain di kawasan Ibukota Nusantara (IKN) dan pengamanan Laut Natuna Utara.
Melansir dari laman Army Technology, jangkauan serangnya hanya terbatas sejauh 70 hingga 100 km dan dengan ketinggian maksimum 24 km.
Sehingga jika bicara mengenai kebutuhan TNI AD, spesifikasi seperti ini sangatlah tidak relevan.
Meski penggunaan PAC-2 dan PAC-3 sebagai amunisi pernah beberapa kali mencatatkan keberhasilan ketika digunakan oleh sejumlah negara lainnya, serta ada kemampuan untuk melacak hingga 100 target secara bersamaan
Artikel dari laman Defence Security berjudul “(VIDEO) Watch Russia’s “Iskander” Missile Strikes On Ukraine’s “Patriot” Air Defense Battery” yang dimuat pada 11 Oktober 2024, produk alutsista tersebut terakhir kali diketahui menjadi sasaran tembak rudal Iskander hingga mengenai komponen terpentingnya yakni radar multifungsi AN/MPQ-65 dan pusat kendali AN/MSQ-104.
Secara teknis, KHAN adalah sistem yang telah teruji dalam pertempuran (combat-proven). Didesain untuk diintegrasikan dengan platform kendaraan peluncuran Multi-Barrel Rocket Launcher (MBRL) 8×8, rudal ini memiliki mobilitas tinggi yang memungkinkan penempatan cepat dan strategi “tembak-dan-kabur” (shoot-and-scoot) untuk menghindari serangan balasan.
Penempatan rudal ini di negara-negara seperti Indonesia, yang menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan sistem rudal balistik modern, secara signifikan mengubah dinamika pertahanan regional. KHAN tidak hanya memperkuat kemampuan serangan jarak jauh Indonesia, tetapi juga mengirimkan pesan strategis tentang kemampuan deterensi yang kini dimiliki oleh negara tersebut.