SENTRALKALTIM.ID, Samarinda – Masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Peringatan tersebut disampaikan, menyusul proyeksi Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda, yang memprediksi fenomena La Niña lemah akan berlangsung hingga pertengahan 2026, memperpanjang periode musim hujan di wilayah Benua Etam.
Kepada awak media, Kepala Stasiun Meteorologi APT Pranoto, Riza Arian Noor, menjelaskan bahwa kondisi dinamika atmosfer saat ini menunjukkan adanya anomali La Niña lemah yang berdampak pada cuaca regional, termasuk Kaltim.
“Kaltim saat ini sudah berada dalam periode musim hujan. Karena wilayah kita berada di garis ekuator, durasi musim hujan memang jauh lebih panjang dibandingkan musim kemarau,” jelas Riza, pada Selasa (2/11/2025).
Menurutnya, jika di Pulau Jawa musim hujan dan kemarau berlangsung seimbang sekitar enam bulan, maka di Kaltim musim kemarau rata-rata hanya berlangsung tiga bulan, kecuali pada kondisi El Niño kuat.
Riza juga memaparkan, periode hujan tahun ini berpotensi berlanjut hingga pertengahan Juni 2026. Artinya, masyarakat harus bersiap menghadapi curah hujan tinggi selama enam hingga tujuh bulan ke depan.
“Inilah alasan kami menggencarkan kolaborasi dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan. Kita harus siap menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi,” tegasnya.
Ditempat yang sama, Kepala Stasiun Meteorologi SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menambahkan bahwa La Niña secara umum meningkatkan distribusi uap air di Indonesia.
“Semakin mendekati Desember, tren curah hujan akan terus meningkat,” ujarnya.
Kukuh menyebutkan, meskipun beberapa wilayah sempat mengalami penurunan hujan akibat pengaruh siklon tropis, khususnya di Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kutai Timur (Kutim). Secara keseluruhan intensitas hujan tetap diprediksi meningkat signifikan.
Ia juga mengungkapkan adanya kenaikan suhu rata-rata di Samarinda sekitar 1,5 derajat Celsius, yang dipicu oleh perkembangan permukiman dan perubahan lingkungan.
Sehingga kenaikan suhu ini turut berkontribusi terhadap meningkatnya kejadian cuaca ekstrem.
Oleh karenanya, BMKG mengimbau masyarakat agar aktif memantau informasi cuaca terbaru melalui kanal resmi seperti situs bmkgsamarinda.com serta akun media sosial BMKG di Instagram, Facebook, dan X.
“Masyarakat perlu memahami kondisi lingkungannya, apakah termasuk wilayah rawan banjir, longsor, atau tidak. Itu penting untuk mitigasi awal,” kata Kukuh.
Kukuh juga meminta warga mempelajari peta jalur evakuasi yang disusun BPBD serta mendukung upaya penghijauan sebagai mitigasi jangka panjang.
Untuk meminimalkan risiko bencana, BMKG terus memantau dinamika atmosfer secara harian dan memperbarui informasi setiap sepuluh hari.
“Informasi cuaca harus selalu diperbarui. Data hari ini belum tentu relevan beberapa hari ke depan,” tegas Kukuh.
Diakhir ia menyatakan, dengan musim hujan panjang dan intensitas hujan yang meningkat, sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan BMKG menjadi kunci utama dalam mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi di Kaltim.














