Scroll untuk baca artikel
Kab. Kutim

Dari Kebun ke Pabrik Kecil: Perubahan Pelan Ekonomi Warga Kutim Lewat Sentra Industri Lokal

274
×

Dari Kebun ke Pabrik Kecil: Perubahan Pelan Ekonomi Warga Kutim Lewat Sentra Industri Lokal

Sebarkan artikel ini
Dari Kebun ke Pabrik Kecil: Perubahan Pelan Ekonomi Warga Kutim Lewat Sentra Industri Lokal

SENTRALKALTIM.ID, Sangatta — Di banyak desa di Kutai Timur, suara mesin pengiris pisang, pengering kakao, dan alat pengolahan karet mulai terdengar lebih sering. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah mencoba menanamkan cara baru melihat komoditas lokal bukan lagi sekadar hasil panen yang dijual cepat, tetapi sebagai bahan baku industri kecil yang mampu mengubah penghidupan warga.

Kepala Disperindag Kutim, Nora Ramadhani, menggambarkan perubahan itu sebagai langkah panjang yang sedang berproses.

“Petani kita sejak dulu terbiasa menjual apa adanya. Mereka memanen, menimbang, lalu langsung melepas ke tengkulak. Kita ingin membuka pintu baru bahwa hasil kebun mereka bisa lebih bernilai kalau diolah,” katanya.

Di Kaubun dan Kaliorang, perubahan tersebut terasa paling kuat. Pisang yang dulu hanya dijual sebagai buah segar kini diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi. Beberapa usaha kecil bahkan berhasil menjangkau pasar luar negeri.

“Saya bertemu pelaku IKM yang awalnya hanya membuat keripik sederhana. Sekarang mereka memproduksi Fruitibox dan Kalbana dengan permintaan stabil. Itu membanggakan,” ujar Nora.

Untuk kakao dan karet, prosesnya lebih lambat, tetapi arahnya jelas. Pemerintah ingin membuat petani tidak sekadar menjadi pemasok komoditas mentah.

“Ada anak muda yang mulai mencoba membuat bubuk kakao, ada juga kelompok tani yang mulai belajar pengolahan lateks. Ini awal yang baik,” tambahnya.

Namun, tantangan tetap besar. Banyak pelaku IKM kesulitan membeli mesin, menjaga kualitas bahan baku, dan memahami standar industri. Nora mengatakan pemerintah mencoba hadir melalui pelatihan, fasilitasi mesin, dan pembinaan berkelanjutan.

“Kadang pelaku usaha hanya butuh sedikit dorongan dan ruang eksperimen. Kalau mereka diberi kesempatan, kreativitas mereka luar biasa,” ujarnya.

Bagi pemerintah, sentra industri komoditas lokal bukan hanya strategi ekonomi, tetapi ruang untuk memulihkan ketimpangan. “Ketika nilai tambah tinggal di desa, hidup masyarakat ikut berubah. Itu tujuan kami,” tutupnya. (ADV/Diskominfo Kutim/—)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *