SENTRALKALTIM.ID, Sangatta — Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) berskala besar yang masuk ke Kutai Timur (Kutim) pada Maret menandai fase baru mekanisasi pertanian di daerah tersebut. Pemerintah daerah menyebut langkah ini sebagai bagian dari transformasi struktural untuk mempercepat produksi padi dan mengurangi keterbatasan tenaga kerja yang selama ini membatasi ritme pertanian lokal.
Kepala DTPHP Kutim, Dyah Ratnaningrum, menyampaikan bahwa bantuan tersebut terdiri atas traktor roda empat, transplanter, combine harvester hingga drone semprot. “Ini paket bantuan yang besar dan langsung memberi dampak pada efisiensi kerja petani,” ujarnya.
Dyah menjelaskan bahwa percepatan olah lahan merupakan faktor utama yang mengubah pola kerja petani. “Tiga hingga empat hari pekerjaan kini berubah menjadi tiga hingga empat jam. Mekanisasi tidak hanya mempercepat, tapi juga mengubah struktur biaya produksi,” jelasnya.
Drone penyemprot yang digunakan brigade pangan juga menciptakan perubahan mendasar dalam metode perawatan tanaman. “Satu hektare selesai dalam sepuluh menit. Ini efisiensi yang tidak mungkin dilakukan secara manual,” katanya.
Menurut Dyah, masuknya alsintan besar ini harus dibaca dalam konteks upaya jangka panjang pemerintah untuk memperluas pola tanam tiga kali setahun. “Kecepatan olah tanah dan panen memberi ruang bagi jeda tanam yang lebih pendek. Ini faktor kunci untuk mengejar produktivitas,” tuturnya.
Namun, Dyah mengingatkan bahwa mekanisasi hanya menjadi kuat apabila dibarengi peningkatan kapasitas operator. “Alat canggih tanpa operator terlatih akan menimbulkan masalah baru. Karena itu pelatihan kami lakukan terus menerus,” tegasnya.
Lebih jauh, pemerintah menilai mekanisasi pertanian berpotensi mengurangi ketergantungan Kutim pada pasokan pangan luar daerah. “Ini tidak langsung membuat kita swasembada, tetapi mengurangi jarak antara kebutuhan dan produksi. Itu signifikan,” ujar Dyah. (ADV/Diskominfo Kutim/—)














