SENTRALKALTIM.ID, Sangatta — Aktivitas membuat batik, merajut serat alam, hingga memahat kayu bukan sekadar kerja tangan, tetapi bagian dari cerita hidup yang diwariskan turun-temurun. Kini, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur mencoba memberi ruang baru bagi keterampilan itu melalui penguatan peran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif.
Kepala Disperindag Kutim, Nora Ramadani, mengatakan langkah ini lahir dari kegelisahan para perajin yang selama ini bekerja sendiri tanpa dukungan pasar yang memadai.
“Kami mendengar banyak cerita bahwa perajin punya kemampuan, tetapi bingung harus menjual ke mana. Karena itu Dekranasda kami dorong menjadi rumah yang menyatukan mereka,” katanya.
Ia menambahkan bahwa nilai budaya menjadi inti dari seluruh pendekatan. “Produk yang kuat adalah produk yang punya cerita. Kutim punya itu, dan tugas kami adalah membuat ceritanya terdengar.”
Program baru Disperindag tidak hanya mengajarkan teknik membatik atau membuat kriya, tetapi juga memberikan ruang dialog antara perajin dan pelaku pasar. Pertemuan rutin, klinik desain, dan workshop pemasaran digital mulai disiapkan agar pelaku kreatif dapat menjangkau pembeli di luar Kutim.
“Kami ingin perajin paham bahwa karya mereka punya nilai. Tugas pemerintah adalah membuka jendela peluang itu,” ujar Nora.
Dekranasda juga diarahkan untuk menjadi pusat dokumentasi budaya. Banyak motif batik, pola ukiran, hingga teknik pewarnaan alami yang berpotensi hilang jika tidak dicatat dan diturunkan kepada generasi muda. Program ini memberi perhatian khusus pada perajin senior agar pengalaman panjang mereka dapat diteruskan.
“Inklusivitas menjadi prinsip utama. Tidak hanya batik. Seni patung, rotan, kain tradisional, semua adalah wajah budaya Kutim,” pungkas Nora.














