SENTRALKALTIM.ID, Sangatta — Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mulai merumuskan skema penyelenggaraan Pangan Murah yang akan digelar menjelang akhir tahun. Program ini menjadi instrumen intervensi harga yang dianggap krusial, mengingat pengalaman tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa tekanan harga beras, minyak, dan gula mulai terasa sejak awal Desember.
Kadisperindag menugaskan tim pengawasan perdagangan untuk berkoordinasi dengan sejumlah instansi, di antaranya Polres Kutim, Dinas Ketahanan Pangan, serta organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Kolaborasi yang melibatkan ormas dianggap penting agar penyelenggaraan berjalan lebih rapi dan jangkauan distribusi lebih luas.
Pejabat Fungsional Pengawas Perdagangan Disperindag, Achmad Dony Erviady, mengatakan bahwa pengalaman Pangan Murah sebelumnya menjadi bahan evaluasi utama. Beberapa titik mengalami penumpukan warga sehingga mobilitas terganggu.
“Tahun lalu antrean menumpuk di satu titik karena akses masuk dan keluarnya tidak seimbang. Itu yang kami perbaiki. Prinsipnya kegiatan harus tertib dan warga tidak perlu berebut,” ujarnya.
Menurut Dony, keterlibatan NU bukan sekadar untuk menambah tenaga relawan, tetapi juga untuk mengatur alur penerima manfaat agar tidak terjadi salah sasaran. Ia menjelaskan bahwa organisasi ini memiliki pengalaman panjang dalam kegiatan kemasyarakatan, termasuk mobilisasi masyarakat dalam jumlah besar.
“Kami ingin kegiatan ini bukan sekadar distribusi barang murah, tetapi menjadi model penyaluran yang rapi. NU punya kapasitas itu,” katanya.
Pemerintah juga mempertimbangkan dua alternatif lokasi yang dinilai lebih kondusif untuk menjaga kelancaran arus pengunjung. Selain Folder Ilham Maulana, halaman kantor kecamatan disebut sebagai opsi strategis karena akses keluar-masuk lebih jelas.
Tidak hanya soal pelaksanaan, pemerintah juga memprioritaskan pengawasan distribusi barang di jalur hulu. Rangkaian inspeksi bersama Polres Kutim disiapkan untuk mengantisipasi penahanan stok oleh distributor ataupun gangguan logistik akibat cuaca.
“Saat Nataru, potensi kelangkaan dan keterlambatan barang selalu ada. Kami tidak ingin stabilitas harga goyah hanya karena jalur distribusi tersendat,” ujar Dony.
Ia menambahkan bahwa Pangan Murah bukan agenda seremonial, melainkan bagian dari strategi pengendalian inflasi daerah. “Kami ingin tekanan harga bisa diprediksi. Pangan Murah adalah langkah taktis untuk menjaga ritme pasar,” timpal Dony. (ADV/Diskominfo Kutim/—).














