SENTRALKALTIM.ID Samarinda – Di tengah target ambisius Kalimantan Timur untuk mencapai swasembada pangan pada 2026, Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, menyoroti pentingnya regenerasi petani sebagai aspek yang tidak kalah penting. Salah satu kendala besar saat ini adalah rendahnya partisipasi generasi muda di sektor pertanian.
“Ya, itu makanya perlu ada sosialisasi program secara serius. Kita harus menunjukkan bahwa kita benar-benar butuh petani milenial,” ujar politisi PDIP tersebut.
Ananda menekankan bahwa petani milenial memiliki potensi besar karena mampu mengadaptasi teknologi dalam proses pertanian, dari hulu ke hilir. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda.
“Petani milenial itu justru bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan hasil panen dan memperkuat pemasaran produk. Jadi tinggal bagaimana kita mensosialisasikan programnya dan merangkul mereka. Perlu digalakkan lagi,” lanjutnya
Secara ilmiah, adopsi teknologi digital dalam pertanian—seperti Internet of Things (IoT), big data, dan e-commerce—telah terbukti meningkatkan produktivitas dan daya saing hasil pertanian. Namun, butuh pendidikan dan pelatihan yang intensif agar teknologi ini bisa diadopsi secara merata.
Menurut data BPS, proporsi petani berusia di bawah 35 tahun di Indonesia masih di bawah 15 persen. Hal ini menjadi tantangan besar yang harus dijawab melalui insentif, akses modal, serta jaminan pendapatan yang memadai.
Sosialisasi program secara masif melalui media sosial dan kolaborasi
dengan komunitas pemuda juga dapat menjadi strategi untuk menjangkau segmen milenial. Pemerintah daerah didorong untuk memfasilitasi inkubator pertanian berbasis teknologi.
Dengan peran aktif petani muda, program swasembada pangan akan lebih berkelanjutan dan selaras dengan perkembangan zaman.